Rabu, 10 Februari 2010

MENDIAGNOSIS TEKANAN DARAH TINGGI

Pilihan Terapi untuk Tekanan Darah Tinggi





Tergantung pada beratnya tekanan darah tinggi, dokter akan menyarankan modifikasi gaya hidup, apakah itu dengan atau tanpa obat-obatan. Secara umum, pasien dengan pembacaan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih merupakan kandidat untuk intervensi medis, sebagai tambahan pada perubahan gaya hidup. Pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi (misalnya tekanan darah 160/89 mmHg) atau usia lebih dari 65 tahun juga merupakan kandidat untuk terapi medis. Pasien prehipertensi secara umum disarankan untuk melakukan beberapa perubahan gaya hidup sebelum terapi medis dimulai. Beberapa langkah-langkah yang sebaiknya diambil untuk menurunkan tekanan darah meliputi:

1. Diuretik. Pengobatan yang memicu pembentukan urin dalam ginjal, menyebabkan tubuh untuk mengalirkan cairan dan mineral, terutama sodium. Ini sering kali merupakan terapi pertama yang diberikan untuk menurunkan tekanan darah. Meskipun sudah sering digunakan, obat ini sering memberikan efek yang tidak diinginkan, seperti kadar kalium yang rendah (hipokalemia). Efek samping ini dapat diminimalkan dengan pemakaian diuretik hemat kalium.
2. Penyekat alfa dan penyekat beta. Pengobatan yang menghambat reseptor alfa dan beta pada berbagai tempat di sistem saraf pusat. Obat ini membantu melemaskan arteri, mengurangi kekuatan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah. Penyekat beta terutama berguna pada pasien dengan penyakit jantung, namun mereka sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien diabetes karena dapat mencampuri respon normal tubuh terhadap kadar gula yang berfluktuasi. Penyekat alfa bekerja melalui norepinefrin, yang mana akan menyebabkan peningkatan aktivitas jantung. Meski demikian, obat ini biasanya tidak digunakan sebagai terapi lini pertamakarena pasien akan timbul toleransi terhadap pengobatan dan pemakaiannya dilaporkan meningkatkan kejadian kardiovaskular.
3. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (EKA). Obat ini merupakan vasodilator yang membantu menurunkan tekanan darah dengan menghambat substansi dalam darah yang menyebabkan pembuluh darah akan mengerut (konstriksi). Beberapa studi baru-baru ini menyatakan bahwa golongan obat ini lebih baik dari pada lainnya untuk mencegah stroke, penyakit jantung dan penyakit ginjal pada pasien-pasien (terutama mereka yang diabetes) dengan faktor risiko untuk penyakit vaskular / pembuluh darah. Obat-obatan ini juga bermanfaat pada pasien dengan yang telah menderita penyakit jantung.
4. Penghambat reseptor Angiotensin II. Golongan obat baru ini menunjukkan hasil yang cukup baik dan menjanjikan dalam menurunkan komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Mereka mempunyai efek yang mirip dengan pengahambat EKA meskipun lebih spesifik pada aksinya dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Meskipun penyekat beta, penghambat EKA dan diuretik pada saat ini lebih sering digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, penghambat reseptor angiotensin nampaknya akan lebih banyak lagi diresepkan di masa datang.
5. Penghambat kanal kalsium. Obat-obatan ini merupakan vasodilator yang menghambat aliran kasium ke dalam jantung dan menurunkan tekanan darah. Meskipun demikian, kebanyakan studi tidak memperlihatkan manfaat obat ini dalam menurunkan risiko kematian dari tekanan darah tinggi, dan beberapa dariobat-obatan ini dapat meningkatkan risiko kematian dari tekanan darah tinggi.

Meskipun beberapa dari obat-obatan baru memperlihatkan manfaatnya dalam menurunkan baik tekanan darah dan risiko penyakit jantung, mereka belum diuji satu sama lainnya sampai baru-baru ini. Melalui studi Antihypertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial (ALLHAT). Dimulai pada tahun 1994, melibatkan lebih dari 42 000 dan merupakan trial sejenisnya yang terbesar, studi ini menunjukkan bahwa diuretik ”tradisional” lebih efektif dalam mengobati tekanan darah tinggi dan sebaiknya digunakan sebagai terapi lini pertama. Pasien dengan tekanan darah tinggi secara acak diberikan diuretic, penyekat kalsium, penghambat EKA atau penghambat alfa.

Hasil studi ini dalam 5 tahun kemudian, dibandingkan dengan obat lainnya yang digunakan dalam studi ini, diuretik tidak hanya lebih efektif secara signifikan dalam menurunkan tekanan darah, namun juga dalam menurunkan risiko kejadian kardiovaskular ( misalnya stroke, angina, gagal jantung). Kategori penghambat alfa dihentikan pada tahun 2000 karena kejadian kardiovaskular dan perawatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan diuretik. Berdasarkan temuan ini, peneliti di ALLHAT menyimpulkan bahwa terapi obat-obatan dengan hipertensi sebaiknya dimulai dengan diuretik.
Penelitian tambahan difokuskan pada risiko akibat obat-obatan yang digunakan untuk terapi hipertensi. Beberapa studi akhir-akhir ini menyampaikan kemungkinan obat penurun tekanan darah dapat mempercepat risiko penyakit diabetes, terutama pada mereka yang mempunyai risiko penyakit diabetes. Penghambat beta dan diuretic merupakan kelas obat yang paling sering dikaitkan dengan diabetes. Sebaliknya, ARB dan penghambat EKA paling aman untuk diabetes. Penelitian tambahan diperlukakan untuk mengkonfirmasi hasil-hasil pada studi ini.
Peneliti juga memeriksa pemakaian kombinasi obat untuk pengobatan tekanan darah tinggi yang efektif. Kebanyakan pasien mengkonsumsi obat yang terpisah untuk mengontrol tekanan darah mereka. Peneliti mengevaluasi kombinasi obat dengan dosis yang lebih rendah dalam satu sediaan kapsul. Para peneliti percaya bahwa penelitian yang baik diperlukan untuk melihat manfaat terapi ini.

Mayoritas pasien dengan tekanan darah tinggi akan memerlukan obat-obatan selam hidup mereka untuk mengontrol tekanan darah mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga antihipertensi dapat diberikan. Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi tersebut tidak hanya menurunkan tekanan darah namun juga menurunakan risiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Penelitian yang lainnya menyarankan penghentian pemakaian obat antihipertensi pada pasien dengan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi dan hanya menjalani perbaikan gaya hidup saja. Perubahan gaya hidup yang paling penting pada studi yang ada adalah penurunan berat badan dan konsumsi diet rendah garah. Strategi seperti latihan, rencana diet dan terutama perubahan obat-obatan sebaiknya didiskusikan dengan dokter sebelum diaplikasikan.

Para peneliti juga telah mencari sumber genetic tekanan darah tinggi. Dengan mengidentifikasi gen penyebab tekanan darah tinggi pada pasien dapat menolong dokter untuk meresepkan obat antihipertensi yang paling efektif.
Modifikasi gaya hidup:

Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang membahayakan. Diantaranya :

* sauna atau ruang uap
* mandi uap
* kolam air hangat
* berendam air panas
* kolam renang yang hangat

Sangat penting bagi paenderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas tersebut diatas hanya kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya paparan terhadap lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas selama beberapa menit sebelum berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terjadinya pusing kepala atau pingsan (sinkope).

Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengenai pemakaian obat-obatan bebas (OTC) yang mengandung vaskokonstriktor, yang mana dapat menaikkan tekanan darah. Obat-obatan tersebut seperti:

* tetes mata
* antihistamin
* flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan)

Pasien hipertensi disarankan untuk mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan untuk mencegah konsekuensi kesehatan yang serius. Pasien juga disarankan untuk berdiskusi dengan dokter mengenai efek samping atau hal lainnya yang berhubungan dengan pengobatan.


0 komentar:

Posting Komentar