Kamis, 18 Februari 2010

FASE HALUSINASI




WAODE NURHAENY EMBA SAPUTRI
MAHASISWA SI PRODY KEPERAWATAN
STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI SULAWESI TENGGARA

Fase pertama / comfort (ansietas sedang)
- Klien mengalami stress, cemas. Perpisahan, kesepian yang memuncak yang tidak dapat diselesaikan
- Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan

Fase kedua / condeming (ansietas berat)
- Kecemasan meningkat yang berhubungan dengan pengalaman interpersonal dan eksternal, melamun, berpikir sendiri jadi pedoman.
- Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas
- Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrol

Fase ketiga / controlling (ansietas berat)
- Bisikan suara : Isi halusinasi makin menonjol, menguasai dan mengontrol klien,
- Klien menjadi terbiasa dan menjadi tidak percaya dengan halusinasinya

Fase keempat / conquering (panic)
- Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan mempengaruhi klien
- Klien menjadi takut, tidak percaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungannya.


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)HALUSINASI

Pada Klien
SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Pada Keluarga Klien
SP I
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan Halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien Halusinasi
SP III
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang




Skizofrenia Katatonik


Skizofrenia katatonik dapat dimanifestasikan dalam bentuk stupor (ditandai dengan retardasi psikomotor, mutisme, kelakuan seperti lilin (postur), negativisme, regiditas atau kegaduhan (legitasi psikomotor yang ekstrim yang dapat menyebabkan kelelahan atau kemungkinan melukai diri sendiri/orang lain bila tidak segera ditanggulangi. Skizofrenia katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolic, alcohol obat-obatan serta dapat juga terjadi gangguan afektif. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk untuk mendiagnosa shizofrenia.
Timbulnya pertama kali antara umur 15 – 30 tahun biasanya akut serta sering didahului stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

1. Gaduh gelisah katatonik :
Terdapat hiperaktifitas motorik tetapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Klien terus berbicara atau bergerak dan menunjukan steroitipi, manerisme, grimas,Mologisme, tidak dapat tidur, tidak makan dan minum, sehingga mungkin terjadi dehidrasi atau kolaps atau kadang-kadang terjadi kematian (kehabisan tenaga dan terlebih bila terdapat penyakit badaniah : jantung, paru-paru dan sebagainya). Seorang yang mulai membaik pada shizofrenia gaduh gelisah katatonik berulang-ulang minta dipulangkan dari Rumah Sakit. Pikiran ini diantaranya melalui berbagai macam cara, sehingga sudah merupakan perceivable.
2. Stupor katatonik :
Pada stupor katatonik penderita tidak menunjukan perhatian sama sekali terhadap lingkungan. Emosinya seperti dangkal. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti :
a. Mutisme kadang-kadang dengan mata tertutup.
b. Muka tanpa mimik seperti topeng.
c. Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama, beberapa hari, kadang-kadang sampai beberapa bulan.
d. Bila diganti posisinya penderita ditantang : Negativisme.
e. Makanan ditolak , air ludah tidak ditelan, sehingga terkumpul didalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan faeces ditahan.
f. Terdapat grimas dan katalepsi. Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.

Etiologi Shizofrenia Katatonik sama sebagaimana gejala shizofrenia secara umum yaitu :
1. Keturunan
2. Sistem endokrin
3. Sistem metabolisme
4. Susunan saraf pusat
5. Teori Adolf Meyer
6. Teori Sigmund Freud
7. Eugen Bleuler
8. Shizofrenia sebagai satu sindroma
9. Shizofrenia suatu gangguan psikosomatik

Prognosis, Secara umum mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Kepribadian pre psikotik
2. Timbulnya serangan shizofrenia akut lebih baik
3. Jenis-jenis shizofrenia : jenis hebefrenik dan simpleks sama jeleknya, penderita menuju kearah kemunduran mental.
4. Umur :makin muda prognosis makin jelek
5. Pengobatan makin cepat makin baik
6. Fakktor pencetus : adanya factor pencetus lebih baik
7. Keturunan : dalam keluarga ada penderita lebih jelek.

Pengobatan :
Prinsip pengobatan skizofrenia katatonik sama pengobatan skizofrenia secara umum yaitu :
1. Farmakoterapi
2. Terapi elektorkonvulsi
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
4. Hobotomi pre frontal.


0 komentar:

Posting Komentar